APAKAH ADA KAMAR KOSONG ?
Pemeran
: Sutradara (S)
Tuan Penginapan (T)
Maria
(M)
Yusuf (Y)
Prajurit Roma (P)
Babak I
Panggung
:
Di dalam ruangan Gereja, Pemuda-mudi sedang
duduk di kursi dan menunggu kawan-kawannya yang lain untuk latihan drama Hari
Natal.
S : (Muncul) Shalom! Semua sudah
datang?
P :Belum.
S :Siapa
yang belum datang? (duduk sambil membaca teks drama)
P :Natal kita sudah dekat. Tinggal 3 minggu lagi. persiapan dramanya saja belum apa apa. karena tidak pernah serius. si bodoh ini pun . . . selalu saja datang terlambat.
P :Natal kita sudah dekat. Tinggal 3 minggu lagi. persiapan dramanya saja belum apa apa. karena tidak pernah serius. si bodoh ini pun . . . selalu saja datang terlambat.
M : (sedang main guitar dan nyanyi) “Hai
mari berhimpun dan bersukaria turut
semua ke Betlehem, lihat yang lahir ….”
Y : Suaramu boleh juga! Boleh aku
bantu dengan drum? (memainkan drum
mengiringi nyanyian Maria)
P : ( Tepuk tangan ) Hebat….bisa
diorbitkan juga kalian berdua, yach, pikir-pikir kalau kamar kosong
tidak ada, yang penting kan
satelit sudah siap untuk diorbitkan.
Y :
Betul juga, Maria! Kita memang kompak. Tak kusangka kalau selama ini kita hanya
sekedar latihan, ternyata….di hatimu dan di hatiku ada….
M : (memotong ucapan ) jangan berharap
yach, saya sudah ada yang punya.
Y : Eh…kok kamu sampai semarah itu,
maksud saya, di hatimu dan dihatiku ada kasih Tuhan Yesus. Betul nggak….
T : (masuk panggung dan kasih salam)
Seseselamat Naatal! Apa kabar, Pak Guru?
S : Kenapa lambat lagi?
T : Sesesebenarnya, aku sudah hampir
dekat di Gereja tetapi ketemu anak jatuh dari ojek. Aaaku antar dia ke
rumahnya. Maaf….aku terlambat..
P : Alasan?
S : Diam! Ayo kita tunduk kepala
sebelum latihan drama. Bapa kami yang di Surga. Kudus, kudus, kuduslah namamu.
Pimpinlah latihan ini dari alfa sampai omega. Biarah kami menyambut Tuhan Yesus
dengan segenap kasih kami. Amin. Apakah kalian sudah hafal teksnya?
Semua :
Hampir. Sudah, belum.
S : O.K. Sampai hari ini saja kita
pakai teks. Kita mulai dari pengumuman Panglima. Panglima! Majulah dari sebelah
kanan. Siap? Action.
P : (maju seperti kucing sambil
seyum)
S : Cara jalan mu terlalu seksi
seperti kucing. Majulah seperti prajurit Roma dan jangan senyum!
P : Itulah kalau kebiasaan…Pak
Sutradara, mulai hari ini saya akan coba meninggalakan senyumku dan saya ulangi
lagi. (Berjalan dengan cepat dan seram)
S : Bagus…., tapi jalanmu jangan
terlalu cepat. Ulang sekali lagi!
P : (maju seperti prajurit dan membuka
gulungan dengan horizontal dan mulai membaca dengan suara lembut)
Pengumuman…….! Dengarlah hai semua rakyat…..! Yang mulia …Kaisar Gaius Octavius
Agustus memerintahkan….
S : Stop…. Jangan baca pengumuman itu
seperti surat
cinta, dan gulungan itu harus kamu buka dengan cepat, tepat dan kedua tangan
memegang surat
itu dengan cara kerajaan Roma, seperti ini….( membuka gulungan itu dari atas ke
bawah )
P :(mengulangi dari awal)
Pengumuman…….! Dengarlah hai semua rakyat…..! Yang mulia …Kaisar Gaius Octavius
Agustus memerintahkan supaya setiap orang mendaftarkan diri ke kampung
masing-masing …
Barang siapa yang namanya tidak
terdaftar akan dihukum.
S : Bagus ! Sekarang Maria dan Yusuf
bacalah teksnya !
Y : (mendekatkan diri kepada Maria)
Pacarku!
M : Aduh….. kamu jangan kesempatan
dong. Dudukmu terlalu dekat.
S : Panggil pacar pula? Ingat Maria
sudah menikah? Dan jangan terlalu dekat sekarang masih latihan.
Y : Istriku….! Saya telah mendengar
pengumuman dari Kaisar. Kita harus pulang ke kampung kita untuk mendaftarkan
nama kita.
M : Ke Betel maaf Betelehem ….? Jauh sekali….! Dengan tubuh
seperti ini, saya tidak sanggup. Bapak sajalah yang pergi.
S : Maria, Jangan lupa kamu hamil.
Tadi kamu terlalu cepat berdiri.
M : (pelan-pelan) Dengan tubuh ini, saya
tidak sanggup. Bapak sajalah yang pergi. ( mempergakan)
S : Coba peragakan jalan orang hamil.
M : ( berjalan )
S : Kamu tidak boleh berjalan seperti
orang biasa, seperti ini ( berdiri dengan perlahan sambil memegang lutut dan
berjalan dengan sekali kali memegang pinggangngya sambil tarik nafas )
M : Sepertinya Bapak pernah melahirkan!
Saya akan coba gaya
hamil Bapak ( Meniru praktek sutradara )
S : Baik! Sekarang kita sudah tiba di
Betlehem,Yusuf dan Maria sedang mencari penginapan. Siapa tuan penginapan.
T : Aa..aku, Pak Su…su…sumatra.
P : Bukan Sumatra. Sutradara…Bodoh
sekali.
S : Yusuf ayo mulai dari ‘Shalom’,
nama saya…’
Y : Shalom. Nama saya Yusuf. Datang
dari Sei Pancur, eh salah lagi, dari Galilea. Ini isteriku. Kami sedang mencari
kamar. Adakah kamar kosong?
T : (gugup)Ti..ti…ti……!
S : Jawabanmu hanya ‘tidak ada.’
Gampang saja. Coba ulangi.
T : Maaaf, Tuhan. Ti…, tidak ada.
S : Jangan tambah. Bilang aja hanya
tidak ada.
T : Ha…hanya tidak ada.
S : Aduh Pusing….( memegang kepala ).
Jangan ucapkan hanya. Ucapkan ‘tidak ada.’
T : Tidak ada.
S : Bagus. Kemudian kamu harus keluar
dari panggung. Latihan kita sudah cukup hari ini. Pulanglah dengan demai
sejatera.
P : Pak Guru, kami tidak bisa pulang
dengan damai sejaterah.
S : Kenapa tidak?
P : Kami tidak ada damai sejatera
kalau perut kami tidak diisi dengan Kentaky.
Semua : Setuju….!
S : Memang saya mengasihi kalian
seperti Tuhan Yesus mengasihi ku. Karena itu, saya ingin mentraktir kalian hari
ini tetapi kakiku terlalu berat.
Semua : Biarlah kami pijat kaki Bapak. (memijat
ramai-ramei sampai jatuh)
S : Sudah susudahlah! Ayo kita pergi
…!
Babak II
N : Kerajaan Roma pada waktu itu
menguasai dunia sejak mereka menang dalam perang Kartago pada tahun 264
SM. Kaisar mulai menjadi Penguasa
kerajaan Roma sejak tahun 67 SM. Gaius Octavius Agustus menjadi kaisar pada
tahun 27 SM. Mulai saat itu kerajaan Roma menjadi makmur dan mengadakan sensus
penduduk pertama kali. Pada zaman itu, Maria telah mengandung bayi Yesus dari
Roh Kudus, nama suaminya Yusuf, mereka
tinggal di Galilea
P : ( Maju ke depan dan memukul
kentongan dan membuka gulungan surat )
Pengumuman…….pengumuman…! Dengarlah hai semua rakyat…..! Yang mulia …Kaisar
Gaius Octavius Agustus memerintahkan supaya setiap orang mendaftarkan diri ke
kampung masing-masing….. Barang siapa yang namanya tidak terdaftar akan dihukum
(terdengar bunyi kentongan) Tonnng……tonggg……(lampu mati)
Y : Istriku….! Saya telah mendengar
pengumuman dari Kaisar. Kita harus pulang ke kampung kita untuk mendaftarkan
nama kita.
M : Ke Betlehem….? Jauh sekali….!
Dengan tubuh seperti ini, saya tidak
sanggup. Bapak sajalah yang
pergi.
Y : Katanya… tidak boleh diwakilkan, lagi pula saya tidak
tega meninggalkan kamu seperti ini sendirian. Jadi kita pergi sama-sama. Saya
akan usahakan mencari keledai.
M : Baiklah…! Saya juga rindu melihat
Betlehem. Kiranya Tuhan memberkati perjalanan kita. (lampu mati)
M+Y : (Jalan-jalan di panggung, dan Maria
sesekali kali jatuh)
M : Aduh…. capek sekali (mengelus
pinggangnya dan tarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan)
Y : Sayangku! Kita sudah tiba di
Betlehem. Kamu harus bertahan demi anak kita.
M : Saya masih tahan karena Tuhan
memberikan kekuatan padaku. Dimana kita menginap?
Y : Tenang saja. Saya akan mencari
kamarnya. (mengetok) Helo, helo! Adakah
kamar kosong?
Suara1 : Maaf, tidak ada kamar kosong karena banyak
orang datang untuk mendaftar. Carilah
tempat yang lain.
Y : Helo, apakah ada kamar kosong?
Suara2 : Satupun tidak ada. Cari kamar di tempat
lain, tapi mungkin semua rumah di Betelhem sudah diisi dengan tamu-tamu. (Lampu
mati)
Y : Maria! Saya sudah kunjungi banyak
tempat tapi belum dapat.
M : Mungkin, karena saya berjalan
dengan pelan sehingga kita tiba di sini pada sore. Aduh …
Y : Bukan karena itu, tetapi karena
perintah Kaisar itu. Jangan kuatir, pasti Tuhan siapkan tempatnya. Mari kita
pergi ke pinggir kampung ini.
M : Baiklah. Oh… perut saya rasanya
sakit sekali, mungkin waktunya bagi saya untuk bersalin.
Y : Ada sebuah rumah di situ. Kebetulan, ada
seorang mau masuk ke dalamnya, Tuan, Tuan!
T : Siapa yang memanggil ku ? Enak
sekali disebut Tuan. Kenapa memanggil ku?
Y : Shalom. Nama saya Yusuf. Datang
dari Galilea. Ini isteriku. Kami sedang mencari kamar. Adakah kamar kosong?
T : (melihat dengan gaya bodoh dan pelan-pelan)Ti…ti..tidak ada!
Y : Tolong carikanlah kamar untuk kami
karena isteriku hamil dan sebentar lagi mau melahirkan. Kami tidak keberatan
walaupun kamarnya kecil.
T : (menatap perut Maria) Hahahamil? Kakakasihan!
Te..te…tetapi …ti..ti…ti….
Y : Tidak ada lagi. Maria. Ayo kita
cari tempat yang lain.(menopang Maria dan pergi)
T : (menangkap baju Yusuf)
Se…se…sebentar…( melihat dengan sangat kasihan kepada Maria)
Y : Kenapa? Adakah kamar kosong?
T : ( sambil menarik tangan Yusuf
dengan pelan) ti..ti..ti…..
S : (di bawah panggung) Kenapa si
bodoh itu menangkap bajunya? Peranannya sudah selesai. Hei, Bilang aja, “Tidak
ada” dan keluar dari panggung!
T :
Ti…tidak ada ka…kamar ko…kosong. (menarik bajunya sampai Y dan M jatuh).
Y+M : Aduh.. Sakit! Kenapa tarik? Di dalam
sekenario, tidak ada.
S : (muncul di panggung) Aduh! Sudah rusak drama Natal kita. Gara-gara kamu…. semuannya
berantakan !
Y+M : Betul, Pak. Gara-gara si bodoh itu! Kita malu. (menunjuk
ke arah si Bodoh dan keluar dari panggung)
(semua
pemeran juga keluar dan lampunya mati)
T : (berlutut sambil menangis) Tuhan
Yesus! Ampunilah kesalahan ku. Drama Natal
ini sudah rusak karena aku. Guru dan Kawan-kawanku kecewa karena aku. Semua penonton
juga sudah pulang dengan kecewa. Ampunilah aku. Tetapi Tuhan, Aku tidak bisa
bilang, “Tidak ada kamar kosong.” Mana
aku bisa bilang “tidak” kepada Tuhan Yesus? Aku tidak bisa… aku tidak bisa….aku
tidak bisa….hukhukhuk
S : (semua muncul) mmm …Aku baru
menyadari kamu mengasihi Tuhan Yesus dengan sunguh-sunguh dan hatimu lebih murni daripada hatiku. Aku
minta maaf karena aku marah sama mu. Seharusnya semua orang merayakan Hari
Natal sepertimu.
Semua :
Amin! Kami juga minta maaf.
S :
Marilah kita merayakan Hari Natal
dengan segenap kasih dan menyanyi ‘Hai
Dunia Bersoraklah….’ dengan segenap jiwa
kita. –
Tamat