Pemeran : Amang
( Ayah )
Rado
( anak Sulung )
Anggi
( anak bungsu )
Noni
( teman wanita Anggi )
Juragan(
Saudagar Peternak Babi )
Pembantu
Petani
Ajung
( anak petani)
Penjual
Pakaian
Teman-teman
Anggi
BAB I
Bagian 1: ( Sebuah Desa )
Latar belakang Panggung : Sebuah desa yang bernama desa Dolok Masihol
terletak di daerah pegunugan. Kebanyakan pendudukanya hidup sederhana dengan
bertani & berdagang. Salah satu keluarga yang cukup terpandang dan kaya di
desa ini adalah keluarga Pak Hombing. Ia seorang petani yang sukses, baik dan
dermawan. Ia mempunyai 2 anak laki-laki yaitu Rado, anak yang sulung, memiliki
sifat rajin, ulet seperti ayahnya dan Anggi si bungsu, bersipat agak pemalas
dan manja. Setiap hari Rado bekerja mengurusi ternak dan sawah ayahnya,
sedangkan Anggi setiap hari pekerjaannya hanya menyabung ayam dengan
teman-temannya.
Rado : ( pagi-pagi membersihkan kandang dan memberi
makan ternaknya dan siap-siap untuk berangkat ke sawah dengan topi dan
cangkulnya )
Anggi : (menyabung ayam dengan teman-temannya) Ayo, ayo,
keokan dia , cakar terus! (malam hari Rado dan Anggi tidur di kamar yang
berlainan)
Rado : (Bangun lebih dulu) Wah ! ternyata hari
sudah hampir siang , aku harus segera pergi ke sawah, mungkin para pekerja sudah mulai bekerja.
Ayah...! Apakah Anggi sudah bangun ayah? (menjumpai ayahnya yang sedang duduk
menikmati segelas kopi)
Amang : Coba kamu lihat sendiri! Kamu hendak
ke mana, bukankah hari ini kamu harus ke pasar menjual panen kita?
Rado : Biarlah Anggi yang pergi, Ayah. Saya ada
pekerjaan yang lebih penting di sawah dengan pekerja kita (masuk ke kamar Anggi dan
menjumpai Anggi yang masih tidur)
Anggi
: (Dengan cepat kembali ke
tempat tidur, menutup tubuhnya dengan seslimut dan mendengkur)
Kuuur....kuuuuur,....kuuuuuur, shhhhhhhh
Rado : Hei pemalas, bangun! (menjingkapkan selimut
Anggi dan mengoyang-goyang tubuhnya)
Anggi : U...a...h, (mengeliat) jangan ganggu aku, aku
masih ingin tidur
(sambil
menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya) pantang lihat orang senang!
Rado : (Geleng-geleng kepala) Dasar anak manja !
Hei Anggi!
(Menyentakan
tubuh Anggi) Hari
ini kamu saja yang pergi ke pasar menjual panen kita. Awas jangan
sampai kamu lupa! (Keluar dari kamar Anggi)
Anggi : (mengintip dari balik selimut memastikan
abangnya telah pergi dan dengan cepet bangun dari tempat tidur) Ok man! Kau
tahu yang kumau. (keluar dari kamar lalu makan)
Amang : Rado! Ayah sangat bangga padamu, ayah
yakin kamu akan jadi orang yang berhasil.
Rado : Terimakasih Ayah! Semuanya
untuk masa depan. Berangkat dulu Ayah! (Keluar dari panggung)
Amang : Gi..! (mendekati Anggi yang sedang
makan) Kamu harus meneladani abangmu.
Coba kamu hitung-hitung apa yang kamu dapatkan dari hasil menyabung ayam
setiap hari .
Anggi : (berhenti makan)Untuk apa ayah mengupah
pekerja-pekerja itu kalau kita juga harus kerja? Saya tidak mau seperti bang
Rado, setiap hari sibuk! toh dia juga tidak mendapatkan gaji lembur.
Amang : Bukan itu yang ayah maksud! Coba kamu
pikirkan masa depanmu, hiduplah yang teratur.
Anggi : Ayah....ayah! Saya bukan anak kecil lagi,
saya bisa mengatur diri saya sendiri.
Amang : Ayah tahu & ayah mengerti.....!
Ayah sangat sayang padamu dan tidak mau melihat hidupmu kacau dan tidak
teratur.
Anggi : Baiklah ayah, kita lihat saja nanti.
(Bersiap-siap untuk pergi dengan memakai sepatu) Saya berangkat dulu ke kota menjual panen kita. (Keluar
dari panggung) Permisi ayah!
Amang : Hati-hati ! (geleng-geleng kepala)
Tuhan sadarkanlah dia.
Bagian
2 : Rumah
Prolog : Akhirnya Anggi pergi ke kota menjual panen. Di kota dia melihat banyak
hiburan, penuh dengan keramaian, dan ada kebebasan. Semua yang dilihatanya
menggoda hatinya untuk tinggal di kota.
Setelah pulang dari kota pada malam harinya Alot
gelisah, tidak
bisa tidur memikirkan dan membayangkan enaknya hidup di kota.
Anggi : (Terlentang di atas tempat tidur, balik kiri
dan balik kanan) Ah...... bagaimanapun caranya impianku ini harus terwujud.
Apapun akan kuperoleh dengan uangku untuk diriku sendiri, tak kan kuperdulikan siapapun
yang melarangku. (Diam
sejenak) Tapi...., mungkinkah amang menyetujui rencana ini ?Aku akan mencobanya
Turun dari tempat tidur untuk menjumpai ayahnya tiba- tiba bertemu dengan
abangnya Rado di ruang tamu)
Rado
: Bagaimana penjualan panen kita Gi?
Anggi : Sudah saya berikan pada ayah ! (membuang
muka)
Rado : (memandang wajah adiknya) Oh..., kamu mau
kemana? nampaknya kamu sedang gelisah dan memikirkan sesuatu. Ada apa? (memegang tangan adiknya)
Anggi : Aku akan pergi jauh dan meninggalkan rumah
ini. Saya sudah bosan tinggal di rumah ini.
Rado : (Terkejut) Apakah kau sungguh-sungguh?
Anggi : Ya! Aku telah membuat rencana besar untuk
ini, abang pasti maklum, tanganku ini tidak pernah kotor oleh lumpur sawah
(menunjukan kedua tangannya)
Rado : (Menahan nafas) Seharusnya kekayaan keluarga
kita tidak membuatmu menjadi sombong dan angkuh .
Anggi : Itu hakku, aku sudah dapat menentukan apa
yang baik bagi diriku sendiri.
Rado : Lalu apa rencanamu itu ?
Anggi : Pertama aku akan minta bagianku dari kekayan
ayah .
Rado : (Marah dan menarik baju Anggi) Eee..., kau
mengigau apa? Tega
benar kau merencanakan itu, betul-betul
kau sudah tidak punya perasaan. Ayah masih sehat mengapa kamu berani berkata
seperti itu? Huh (melepaskan baju Alot)
Anggi : Aku butuh uang untuk menyenangkan diriku di kota nanti... Apakah
aku...... plaaak
(tangan Alit menampar pipi Alot)
Rado : Tidak pantas orang seperti engkau melakukan
itu, seharusnya kamu bersyukur dengan kehidupan yang kamu dapatkan seperti
sekarang ini!
(Tolak
pinggang dan keluar meninggalkan Anggi)
Amang : (Masuk, menemui Anggi dan duduk di
sebuah kursi) Kulihat beberapa hari ini wajahmu muram saja Anggi? Ada masalah apa
sebenarnya
(mendekati
Anggi yang duduk bersedih)
Anggi : Apakah Ayah tidak marah padaku?
Amang :
Mengapa harus marah, engkau belum mengatakanya, katakanlah!
Anggi : Aku perlu uang..... (sejenak diam) yang
kumaksud, a..a.. adalah, bagianku dari kekayaan Ayah.
Amang
: Hem....(merenung sejenak dan menghembuskan nafas panjang) Lalu.... mengapa
kau minta sekarang? Bukankah kau tidak kekurangan di rumah ini ? Apa gerengan
yang membuatmu mengambil keputusan itu?
Anggi : Aku ingin bebas, aku ingin pergi ke kota dan berusaha
sendiri, membangun untuk
diriku sendiri, mungkin berdagang atau usaha lain. Saya sudah tidak betah
tinggal di rumah ini.
Amang : Sebelum engkau melangkah jauh dan
akhirnya menyesal. Cobalah bertahan dulu disini.
Anggi : Tidak Ayah! Tekadku sudah bulat untuk
pergi(Memandang dengan penuh permohonan kepada sang ayah) Bagaimana Ayah?
Amang : (terdiam) Anggi.... anakku! kau tahu
ayah sangat mengasihimu dan tak ingin kehilanganmu, kamu adalah
harta ayah (Meneteskan air mata)
Anggi : Ayah....(memegang tangan ayahnya) Kumohon pengertian dari ayah Pokoknya saya
harus pergi! Hanya
itu yang membuatku puas, tidak ada pilihan lain.
Amang : (Menghirup nafas
panjang dan mengehembuskanya secara perlahan) Baiklah Anggi! Kapan engkau
pergi? (sambil berdiri dan memegang bahu Anggi)
Rado : (Menguping pembicaraan antara Anggi dan
Ayahnya) Huh... anak manja, sampai hati dia mengatakanya pada Ayah. Awas ...!
Terima juga bagianmu dariku.
(mengepalkan tangannya dengan penuh kegeraman)
Ayah : Besok malam ayah akan memberikan bagianmu. (meninggalkan
Anggi ke luar ruangan dengan wajah sangat sedih)
Anggi : Akhirnya tercapai juga keinginanku (tertawa)
Ha-ha-ha!
Rado : (Menemui Anggi setelah ayahnya pergi) Jadi,
Ayah menyetujui niatmu itu?
Anggi : Begeitulah! memeng kenapa? Abang kelihatanya
iri dengan rencanaku ini?
Rado : Aku benci dengan tindakanmu, seharusnya
engkau batalkan niatmu itu.
Anggi : Rencanaku sudah matang, ku harap abang tidak
menghalangi..... ini
keputusanku! (membelakangi Rado)
Rado : Oh....(mengayunkan tangan untuk memukul
Anggi, tapi tidak jadi karena tiba-tiba Anggi berbalik). Engkau
memang kepala batu, anak sombong, anak durhaka (kesal dan menjauhkan diri dari
Anggi)
Amang
: (Masuk) Rado, Anggi! Kalian berdualah pewaris harta ayah. Sekarang ayah akan
membagi harta kita ini. Anggi sesuai dengan permintaanmu, inilah yang menjadi
bagianmu. Semuanya
sudah diuangkan
(Menyerahkan
pundi-pundi berisi uang kepada Anggi)
Anaggi : Terima kasih Ayah .
Amang : Ya, pergunakanlah milikmu itu dengan
baik-baik dan kembangkanlah usahamu.
Anggi : Baik Ayah, saya akan mengingat pesan ayah.
Amang : Sekarang kamu persiapkan segala
sesuatu untuk keberangkatanmu.
Anggi : (Di depan pintu) Ayah! Aku akan pergi,
selamat tinggal Ayah , selamat tinggal bang Rado!
Amang : Selamat jalan Nak! Hati-hati dan
ingatlah akan ayahmu ini.
(Haru dan
meletakan tangan di dada dan memandang jejak-jejak kaki si Alot sampai
Si Anggi hilang dari pandanganya) uhk...uhk...uhk
Rado : Selamat jalan anak manja! (melambaikan
tangan) Sudahlah Ayah, relakan dia pergi, kan masih ada aku anak ayah. (menarik
tangan ayahnya masuk ke rumah)
BAB
II
Bagain
I : (Sebuah Kota)
Prolog
: Anggi berjalan sampai jauh hingga akhirnya ia sampai di sebuah kota yang ramai, dan
mulai mencari kepentingan sendiri.
1.
Di Jalan : Diiringi
musik cha-cha. Melihat
penampilan orang-orang kota
dan membandingkannya dengan dirinya yang sangat kumuh. Untuk itu ia membenahi
diri dan pakaianya, ia masuk ke toko pakaian, yang dilayani oleh pramuniaga
toko tersebut dan memilih beberapa pakaian yang bagus. Saat itu seorang gadis
telah memperhatikanya dan membantu memilih pakaian yang cocok serta merubah
penampilan Anggi menjadi seorang muda yang sangat tampan dengan penampilan
parlente kota,
sampai semua orang melirik penampilanya yang baru. Berawal dari perjumpaan di
toko pakaian tersebut,
Anggi dan gadis itu menjadi teman dan selalu
bersama-sama. Musik stop.
2.
Di dalam Bar : Diiringi Musik bar. Anggi dan gadisnya masuk Bar, disambut
hangat oleh teman-temannya , minum-minum dan merokok sampai puas dengan
disertai nyanyian duniawi ‘Alangkah
Indahnya Dunia Kurasa’ dan membagi-bagikan uangnya kepada
teman-temannya. Musik stop.
3.
Discotik :
Diiringi Musik Disco dan kerlipan lampu-lampu
disko. Semua
orang di dalam discotik berdisko sebentar dan musik stop.
4.
Kasino :
Diiringai Musik kasino. Bermain judi
dengan satu orang bandar judi.
Musik
stop.
Bagian
2
Prolog : Setiap hari Anggi berpesta ria,
menghabiskan waktunya dan uangnya dengan teman-temannya. Hidup
dengan berfoya-foya, bermain judi, dan hura-hura serta main perempuan. Sampai
pada suatu hari Anggi kehabisan uang dan pada saat itu di kota tsb makanan susah dicari, teman-temanya
semuanya menjauhiya dan ia harus meninggalkan penginapan. Untuk dapat makan ia
menjual kembali pakaiannya yang indah-indah, hingga tinggal pakaian yang
melekat di badannya.
Anggi
:(menjual pakaiannya dan
mendapatkan sebungkus makanan dan berjalan
menyusuri emperan toko, di sebuah tempat yang sunyi Anggi duduk dan
makan) Apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan makanan besok,
(duduk
sambil merangkul lututnya) Oh... badanku kedinginan.... untuk mengemis aku
sangat malu .... aku harus berusaha mendapat pekerjaan besok pagi! Untuk
sementara aku akan tidur disini (mengabil koran dan menutupi tubuhnya sambil
berbaring.
Tuan
1 : (masuk panggung dan menyepakkan tubuh Anggi dengan kakinya) Hei! Hari sudah siang, jangan kamu merusak
pemandangan disini)
Anggi : (Segera bangun dan berjongkok) Tuan! Tolong
berilah bagiku pekerjaan supaya aku dapat makan.
Tuan
I : Jangankan untuk
mengupahmu, makan untuk keluagaku saja kurang, kamu tahu kan, sekarang mendapatkan makanan sangat
susah walaupun walaupuan uang banyak. Hus...pergi kamu dari sini!
Anggi : Oh, kemanakah aku harus pergi (terus berjalan
dan bertemu dengan seorang petani)
Permisi tuan apakah saya dapat bekerja disini?
Petani : (mengamat-amati agak lama) Heem...
memang.. ada pekerjaan menjaga ternak
Babi diladang, tempatnya di ujung sana
(menunjuk ke ujung jalan)
Jung!
Antar
orang ini ke ladang.
Anjung : Baik Pak!
Alot
: (di jalan) Jung, apakah kamu punya
makanan?
Anjung : Sudah kumakan tadi pagi.
Alot : Oh..Aku lapar sekali.
Anjung
: Gan! ada pekerja baru.
Juragan : Siapa
namamu?
Anggi : Anggi!
Juragan : Jagalah
Babi-Babi itu!
(menunjuk Babi yang sedang makan)
Anggi
: (duduk melihat Babi makan
sambil menelan air ludahnya) betapa enak dan lahapnya Babi-babi itu. Oh....
perutku menjadi tambah lapar
(menekan
perutnya dan mengambil makanan Babi dengan tangannya dan hendak memasukkanya ke
dalam mulutnya, tiba-tiba....)
Juragan : Hei apa
yang kamu lakukan itu!!
(melihat ke arah Anggi dan mendekatinya)
Anggi : (Tersentak dan tidak jadi memasukkannya
ke mulutnya) Saya lapar Paak...
Juragan:
Kamu mau makanan Babi ??? Babi-Babi itu lebih berharga daripada orang seperti
kamu! (menggulingkan tubuh alot ke samping dengan kakinya) Pergi dari sini! Dasar
orang tak tahu aturan (Tolak
pinggang dan keluar dari panggung)
Anggi : Oh... aku diusir (Memegang
kepalannya dan berjalan, tiba saat malam hari Anggi tetap berjalan dan
berbicara untuk dirinya sendiri) Keadaanku semakin sengsara ... aku
anak orang kaya tetapi kelaparan di tempat
asing...... aku hampir mati. Oh.... padahal di rumah Bapaku makanan
sangat banyak, dan
pegawai Bapaku mendapat makan yang berlimpah , tetapi aku
disini akan mati kelaparan. Oh...aku akan pulang menemui ayah, aku telah
berdosa, aku tak layak disebut anaknya....aku akan memohon kepadanya untuk
dijadikan sebagai upahanya, tapi....apakah ayah akan menerimaku ? Perjalanan
ini sangat jauh.... tapi aku harus bertahan (Anggi berjalan dan terus berjalan .. diiringi
lagu
“
bertobatlah dan balik pada Bapa”)
BAB
III ( Di rumah sang Ayah )
Prolog
: Setiap hari Sang ayah menunggu dan mengharapkan anaknya pulang menemuinya, ia
mendaki ke bukit-bukit untuk memandang di kejauhan apakah anaknya ada di tengah
jalan menuju pulang. Ia selalu berdoa supaya anaknya kembali
Amang : (melihat-lihat kalender )
Oh....ternyata sudah 10 tahun Anggi meninggalkan kami. Hari ini adalah hari
bahagia, hari natal telah tiba , alangkah indahnya kalau anggi juga ada di sini
merayakannya (duduk dan berdoa ) Bapa dalam Sorga terpujilah namaMu, mulialah
kasihMu. Lindungilah anakku dan pimpinlah langkahnya, seperti terangMu
telah menerangi dunia ini dengan kelahiran AnakMu Yesus Kristus , kurindu
anakku Anggi boleh hadir di hari natal yang berbahagia ini menyambut
kelahiranMu. kuserahkan dia ke dalam tanganMu. Amin!(diiringi nyanyian ‘Kembalilah
dan Balik pada Bapa’)
( Bangkit dan berjalan mendaki bukit
sampai ke puncak ) oh.. !Anakku, kembalilah (Tiba-tiba tersentak dan tertegun)
Oooooh! Itu seperti anakku! Itu Anggi !!! Anggi anakku (melambaikan tangan)
Anggi Pulang!!!
(Berteriak
sambil menuruni bukitdan melambaikan tangan) Semua
kemari, Anggi pulang! (memanggil pembantunya dan berlari menyambut Anggit) Anggi anakku
..! Kau kembali Nak...!
Anggi : Ampun Ayah....saya telah berdosa...., tak
layak saya menjadi anak Ayah ...uh..uh..uh.(menangis dan berlutut di depan
ayahnya sampai seluruh badannya menyentuh tanah )
Amang :
( Membungkuk dan menolong Anggi untuk berdiri, memeluk dan
menciuminya
serta airmata yang menetes di pipinya) Tidak Anggi...... , kau tetap anakku...
anakku seperti semula.....
Anggi :
Oh....(Memeluk Ayahnya) Ayah masih mau menerimaku....
uh....uh....uh..
Amang :
Bawalah kemari baju yang bagus , cincin emas dan sepatu untuk anakku ini!
(menyuruh pekerjanya)
Pembantu : Baik Pak! (berlari ke
rumah dan dengan cepat kembali)
Amang :
(Memakaikan baju, cincin, sepatu yang baru) Marilah ..! kita rayakan kedatanganmu ini bertepatan hari ini hari
natal hari berbahagia bagi kita.
(berjalan sambil merangkul anggi)
Rado :
(Baru pulang dari sawah, heran melihat keramaian di rumahnya) Hei, ada apa
gerangan?
Pembantu : Adikmu Anggi telah kembali, ini
persiapan pesta menjambut kedatangannya.
Rado : Hah
....? (duduk
terhempas dengan pakaian dari sawah di luar rumah)
Amang :
Marilah masuk, Nak! Pesta telah siap, jangan di luar saja...!
Rado : Aku
telah melayani ayah bertahun-tahun... belum pernah ayah membuat pesta untuk
bersuka sita seperti ini... tetapi baru saja datang si Anggi yang kerjanya
hanya memboroskan harta Ayah.... Ayah merayakannya seperti ini???
Amang :
Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, segala kepunyaanku adalah
kepunyaanmu juga.. Kita patut bersuka cita sebab adikmu telah mati dan menjadi
hidup kembali. Bukankah engkau mengasihi dia juga? Hari ini hari Natal,
marilah kita saling memaafkan dan bersukacita
Rado : Tidak (Diam sejenak ....lalu...)
Maafkan aku Ayah! Seharusnya akupun ikut bersuka cita adikku telah kembali ..
Kita berbahagia.
Amang :
Marilah kita bersuka cita bersama-sama(Masuk bersama Rado ke dalam rumah)
Anggi :
(Langsung menyerbu Rado dan memeluknya) maafkan aku, Bang..!
Rado :
Adikku kau telah kembali!
(membalas pelukan adiknya)
Amang :
Sekarang adalah hari natal, marilah kita saling bersalaman dan saling
memaafkan,
kita sambut kelahiran Tuhan Yesus di hati kita dengan sukacita dan hati yang
bersih. Selamat hari Natal! (Semua
menyanyikan Lagu “Selamat hari Natal)
Prolog : Betapa tersesatnya manusia, karena
menuruti kemauannya sendiri, namun, demikian Allah, seperti
seorang Bapa kepada ananknya,
tetap memaafkan dan mengasihi barangsiapa yang
berbalik dari jalannya yang sesat.
-Tamat