Chan Yeol Juntak

Minggu, 28 Januari 2018

Anak Yang Hilang II

Pemeran :    Amang ( Ayah )                            
Rado ( anak Sulung )                                                      
                        Anggi ( anak bungsu )                            
                        Noni ( teman wanita Anggi )    
                        Juragan( Saudagar Peternak Babi )  
                        Pembantu                                       
Petani                                               
Ajung ( anak petani)                   
                        Penjual Pakaian                            
                        Teman-teman Anggi                   

BAB I
Bagian 1: ( Sebuah Desa )         
Latar belakang Panggung :  Sebuah desa yang bernama desa Dolok Masihol terletak di daerah pegunugan. Kebanyakan pendudukanya hidup sederhana dengan bertani & berdagang. Salah satu keluarga yang cukup terpandang dan kaya di desa ini adalah keluarga Pak Hombing. Ia seorang petani yang sukses, baik dan dermawan. Ia mempunyai 2 anak laki-laki yaitu Rado, anak yang sulung, memiliki sifat rajin, ulet seperti ayahnya dan Anggi si bungsu, bersipat agak pemalas dan manja. Setiap hari Rado bekerja mengurusi ternak dan sawah ayahnya, sedangkan Anggi setiap hari pekerjaannya hanya menyabung ayam dengan teman-temannya.

Rado  : ( pagi-pagi membersihkan kandang dan memberi makan ternaknya dan siap-siap untuk berangkat ke sawah dengan topi dan cangkulnya )
Anggi : (menyabung ayam dengan teman-temannya) Ayo, ayo, keokan dia , cakar terus! (malam hari Rado dan Anggi tidur di kamar yang berlainan)
Rado  : (Bangun lebih dulu) Wah ! ternyata hari sudah hampir siang , aku harus segera pergi ke sawah,  mungkin para pekerja sudah mulai bekerja. Ayah...! Apakah Anggi sudah bangun ayah? (menjumpai ayahnya yang sedang duduk menikmati segelas kopi)
Amang         : Coba kamu lihat sendiri! Kamu hendak ke mana, bukankah hari ini kamu harus ke pasar menjual panen kita?
Rado  : Biarlah Anggi yang pergi, Ayah. Saya ada pekerjaan yang lebih penting di sawah dengan pekerja kita (masuk ke kamar Anggi dan menjumpai Anggi yang masih tidur)
Anggi            : (Dengan cepat kembali ke tempat tidur, menutup tubuhnya dengan seslimut dan mendengkur) Kuuur....kuuuuur,....kuuuuuur, shhhhhhhh
Rado  : Hei pemalas, bangun! (menjingkapkan selimut Anggi dan mengoyang-goyang tubuhnya)
Anggi : U...a...h, (mengeliat) jangan ganggu aku, aku masih ingin tidur
(sambil menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya) pantang lihat orang senang!
Rado  : (Geleng-geleng kepala) Dasar anak manja ! Hei Anggi!
(Menyentakan tubuh Anggi) Hari ini kamu saja yang pergi ke pasar menjual panen kita. Awas jangan sampai kamu lupa! (Keluar dari kamar Anggi)
Anggi : (mengintip dari balik selimut memastikan abangnya telah pergi dan dengan cepet bangun dari tempat tidur) Ok man! Kau tahu yang kumau. (keluar dari kamar lalu makan)
Amang         : Rado! Ayah sangat bangga padamu, ayah yakin kamu akan jadi orang yang berhasil.
Rado  : Terimakasih Ayah! Semuanya untuk masa depan. Berangkat dulu Ayah! (Keluar dari panggung)
Amang         : Gi..! (mendekati Anggi yang sedang makan) Kamu harus meneladani abangmu.  Coba kamu hitung-hitung apa yang kamu dapatkan dari hasil menyabung ayam setiap hari .
Anggi : (berhenti makan)Untuk apa ayah mengupah pekerja-pekerja itu kalau kita juga harus kerja? Saya tidak mau seperti bang Rado, setiap hari sibuk! toh dia juga tidak mendapatkan gaji lembur.
Amang         : Bukan itu yang ayah maksud! Coba kamu pikirkan masa depanmu, hiduplah yang teratur.

Anggi : Ayah....ayah! Saya bukan anak kecil lagi, saya bisa mengatur diri saya sendiri.
Amang         : Ayah tahu & ayah mengerti.....! Ayah sangat sayang padamu dan tidak mau melihat hidupmu kacau dan tidak teratur.
Anggi : Baiklah ayah, kita lihat saja nanti. (Bersiap-siap untuk pergi dengan memakai sepatu) Saya berangkat dulu ke kota menjual panen kita. (Keluar dari panggung) Permisi ayah!
Amang         : Hati-hati ! (geleng-geleng kepala) Tuhan sadarkanlah dia.

Bagian 2 : Rumah
Prolog           : Akhirnya Anggi pergi ke kota menjual panen. Di kota dia melihat banyak hiburan, penuh dengan keramaian, dan ada kebebasan. Semua yang dilihatanya menggoda hatinya untuk tinggal di kota. Setelah pulang dari kota pada malam harinya Alot gelisah, tidak bisa tidur memikirkan dan membayangkan enaknya hidup di kota.

Anggi : (Terlentang di atas tempat tidur, balik kiri dan balik kanan) Ah...... bagaimanapun caranya impianku ini harus terwujud. Apapun akan kuperoleh dengan uangku untuk diriku sendiri, tak kan kuperdulikan siapapun yang melarangku. (Diam sejenak) Tapi...., mungkinkah amang menyetujui rencana ini ?Aku akan mencobanya Turun dari tempat tidur untuk menjumpai ayahnya tiba- tiba bertemu dengan abangnya Rado di ruang tamu)
Rado : Bagaimana penjualan panen kita Gi?
Anggi : Sudah saya berikan pada ayah ! (membuang muka)
Rado  : (memandang wajah adiknya) Oh..., kamu mau kemana? nampaknya kamu sedang gelisah dan memikirkan sesuatu. Ada apa? (memegang tangan adiknya)
Anggi : Aku akan pergi jauh dan meninggalkan rumah ini. Saya sudah bosan tinggal di rumah ini.
Rado  : (Terkejut) Apakah kau sungguh-sungguh?
Anggi : Ya! Aku telah membuat rencana besar untuk ini, abang pasti maklum, tanganku ini tidak pernah kotor oleh lumpur sawah (menunjukan kedua tangannya)
Rado  : (Menahan nafas) Seharusnya kekayaan keluarga kita tidak membuatmu menjadi sombong dan angkuh .
Anggi : Itu hakku, aku sudah dapat menentukan apa yang baik bagi diriku sendiri.
Rado  : Lalu apa rencanamu itu ?
Anggi : Pertama aku akan minta bagianku dari kekayan ayah .
Rado  : (Marah dan menarik baju Anggi) Eee..., kau mengigau apa? Tega benar kau  merencanakan itu, betul-betul kau sudah tidak punya perasaan. Ayah masih sehat mengapa kamu berani berkata seperti itu? Huh (melepaskan baju Alot)
Anggi : Aku butuh uang untuk menyenangkan diriku di kota nanti... Apakah aku...... plaaak (tangan Alit menampar pipi Alot)                                                                             
Rado  : Tidak pantas orang seperti engkau melakukan itu, seharusnya kamu bersyukur dengan kehidupan yang kamu dapatkan seperti sekarang ini!
(Tolak pinggang dan keluar meninggalkan Anggi)
Amang         : (Masuk, menemui Anggi dan duduk di sebuah kursi) Kulihat beberapa hari ini wajahmu muram saja Anggi? Ada masalah apa sebenarnya
(mendekati Anggi yang duduk bersedih)
Anggi : Apakah Ayah tidak marah padaku?
Amang  : Mengapa harus marah, engkau belum mengatakanya, katakanlah!
Anggi : Aku perlu uang..... (sejenak diam) yang kumaksud, a..a.. adalah, bagianku dari kekayaan Ayah.
Amang : Hem....(merenung sejenak dan menghembuskan nafas panjang) Lalu.... mengapa kau minta sekarang? Bukankah kau tidak kekurangan di rumah ini ? Apa gerengan yang membuatmu mengambil keputusan itu?
Anggi : Aku ingin bebas, aku ingin pergi ke kota dan berusaha sendiri, membangun untuk diriku sendiri, mungkin berdagang atau usaha lain. Saya sudah tidak betah tinggal di rumah ini.
Amang         : Sebelum engkau melangkah jauh dan akhirnya menyesal. Cobalah bertahan dulu disini. 
Anggi : Tidak Ayah! Tekadku sudah bulat untuk pergi(Memandang dengan penuh permohonan kepada sang ayah) Bagaimana Ayah?
Amang         : (terdiam) Anggi.... anakku! kau tahu ayah sangat mengasihimu dan tak ingin kehilanganmu, kamu adalah harta ayah (Meneteskan air mata)
Anggi : Ayah....(memegang tangan ayahnya)  Kumohon pengertian dari ayah Pokoknya saya harus pergi! Hanya itu yang membuatku puas, tidak ada pilihan lain.
Amang         : (Menghirup nafas panjang dan mengehembuskanya secara perlahan) Baiklah Anggi! Kapan engkau pergi? (sambil berdiri dan memegang bahu Anggi)
Rado  : (Menguping pembicaraan antara Anggi dan Ayahnya) Huh... anak manja, sampai hati dia mengatakanya pada Ayah. Awas ...! Terima juga bagianmu dariku. (mengepalkan tangannya dengan penuh kegeraman)
Ayah  : Besok malam ayah akan memberikan bagianmu. (meninggalkan Anggi ke luar ruangan dengan wajah sangat sedih)
Anggi : Akhirnya tercapai juga keinginanku (tertawa) Ha-ha-ha!
Rado  : (Menemui Anggi setelah ayahnya pergi) Jadi, Ayah menyetujui niatmu itu?
Anggi : Begeitulah! memeng kenapa? Abang kelihatanya iri dengan rencanaku ini?
Rado  : Aku benci dengan tindakanmu, seharusnya engkau batalkan niatmu itu.
Anggi : Rencanaku sudah matang, ku harap abang tidak menghalangi..... ini         keputusanku! (membelakangi Rado)
Rado  : Oh....(mengayunkan tangan untuk memukul Anggi, tapi tidak jadi karena tiba-tiba Anggi berbalik). Engkau memang kepala batu, anak sombong, anak durhaka (kesal dan menjauhkan diri dari Anggi)
Amang : (Masuk) Rado, Anggi! Kalian berdualah pewaris harta ayah. Sekarang ayah akan membagi harta kita ini. Anggi sesuai dengan permintaanmu, inilah yang menjadi bagianmu. Semuanya sudah diuangkan
            (Menyerahkan pundi-pundi berisi uang kepada  Anggi)
Anaggi          : Terima kasih Ayah .
Amang         : Ya, pergunakanlah milikmu itu dengan baik-baik dan kembangkanlah usahamu.
Anggi : Baik Ayah, saya akan mengingat pesan ayah.
Amang         : Sekarang kamu persiapkan segala sesuatu untuk keberangkatanmu.
Anggi : (Di depan pintu) Ayah! Aku akan pergi, selamat tinggal Ayah , selamat tinggal bang Rado!
Amang         : Selamat jalan Nak! Hati-hati dan ingatlah akan ayahmu ini. (Haru dan    meletakan tangan di dada dan memandang jejak-jejak kaki si Alot sampai Si Anggi hilang dari pandanganya) uhk...uhk...uhk
Rado  : Selamat jalan anak manja! (melambaikan tangan) Sudahlah Ayah, relakan dia pergi, kan masih ada aku anak ayah. (menarik tangan ayahnya masuk ke rumah)

BAB II
Bagain I : (Sebuah Kota)
Prolog : Anggi berjalan sampai jauh hingga akhirnya ia sampai di sebuah kota yang ramai, dan mulai mencari kepentingan sendiri.

1. Di Jalan : Diiringi musik cha-cha. Melihat penampilan orang-orang kota dan membandingkannya dengan dirinya yang sangat kumuh. Untuk itu ia membenahi diri dan pakaianya, ia masuk ke toko pakaian, yang dilayani oleh pramuniaga toko tersebut dan memilih beberapa pakaian yang bagus. Saat itu seorang gadis telah memperhatikanya dan membantu memilih pakaian yang cocok serta merubah penampilan Anggi menjadi seorang muda yang sangat tampan dengan penampilan parlente kota, sampai semua orang melirik penampilanya yang baru. Berawal dari perjumpaan di toko pakaian tersebut, Anggi dan gadis itu menjadi teman dan selalu bersama-sama. Musik stop.

2. Di dalam Bar : Diiringi Musik bar. Anggi dan gadisnya masuk Bar, disambut hangat oleh teman-temannya , minum-minum dan merokok sampai puas dengan disertai nyanyian duniawi  ‘Alangkah Indahnya Dunia Kurasa  dan membagi-bagikan uangnya kepada teman-temannya. Musik stop.

3. Discotik : Diiringi Musik Disco dan kerlipan lampu-lampu disko. Semua orang di dalam discotik berdisko sebentar dan musik stop.

4. Kasino : Diiringai Musik kasino. Bermain judi dengan satu orang bandar judi. Musik stop.

Bagian 2
Prolog           : Setiap hari Anggi berpesta ria, menghabiskan waktunya dan uangnya dengan teman-temannya. Hidup dengan berfoya-foya, bermain judi, dan hura-hura serta main perempuan. Sampai pada suatu hari Anggi kehabisan uang dan pada saat itu di kota tsb makanan susah dicari, teman-temanya semuanya menjauhiya dan ia harus meninggalkan penginapan. Untuk dapat makan ia menjual kembali pakaiannya yang indah-indah, hingga tinggal pakaian yang melekat di badannya.

Anggi            :(menjual pakaiannya dan mendapatkan sebungkus makanan dan berjalan   menyusuri emperan toko, di sebuah tempat yang sunyi Anggi duduk dan makan) Apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan makanan besok,
(duduk sambil merangkul lututnya)  Oh...      badanku kedinginan.... untuk mengemis aku sangat malu .... aku harus berusaha mendapat pekerjaan besok pagi! Untuk sementara aku akan tidur disini (mengabil koran dan menutupi tubuhnya sambil berbaring.
Tuan 1 : (masuk panggung dan menyepakkan tubuh Anggi dengan kakinya)  Hei! Hari sudah siang, jangan kamu merusak pemandangan disini)
Anggi : (Segera bangun dan berjongkok) Tuan! Tolong berilah bagiku pekerjaan supaya aku dapat makan.
Tuan I             : Jangankan untuk mengupahmu, makan untuk keluagaku saja kurang, kamu tahu kan, sekarang mendapatkan makanan sangat susah walaupun walaupuan uang banyak. Hus...pergi kamu dari sini!
Anggi : Oh, kemanakah aku harus pergi (terus berjalan dan bertemu dengan seorang  petani) Permisi tuan apakah saya dapat bekerja disini?
Petani            : (mengamat-amati agak lama) Heem... memang.. ada pekerjaan menjaga   ternak Babi diladang, tempatnya di ujung sana (menunjuk ke ujung jalan)
Jung! Antar orang ini ke ladang.
Anjung          : Baik Pak!
Alot     : (di jalan) Jung, apakah kamu punya makanan?
Anjung          : Sudah kumakan tadi pagi.
Alot     : Oh..Aku lapar sekali.
Anjung : Gan! ada pekerja baru.
Juragan : Siapa namamu?
Anggi : Anggi!
Juragan : Jagalah Babi-Babi itu! (menunjuk Babi yang sedang makan)
Anggi            : (duduk melihat Babi makan sambil menelan air ludahnya) betapa enak dan lahapnya Babi-babi itu. Oh.... perutku menjadi tambah lapar
(menekan perutnya dan mengambil makanan Babi dengan tangannya dan hendak memasukkanya ke dalam mulutnya, tiba-tiba....)
Juragan : Hei apa yang kamu lakukan itu!! (melihat ke arah Anggi dan mendekatinya)
Anggi : (Tersentak dan tidak jadi memasukkannya ke mulutnya) Saya lapar Paak...
Juragan: Kamu mau makanan Babi ??? Babi-Babi itu lebih berharga daripada orang seperti kamu! (menggulingkan tubuh alot ke samping dengan kakinya) Pergi dari sini! Dasar orang tak tahu aturan (Tolak pinggang dan keluar dari panggung)
Anggi : Oh... aku diusir (Memegang kepalannya dan berjalan, tiba saat malam hari Anggi tetap berjalan dan berbicara untuk dirinya sendiri) Keadaanku semakin sengsara ... aku anak orang kaya tetapi kelaparan di tempat  asing...... aku hampir mati. Oh.... padahal di rumah Bapaku makanan sangat banyak, dan pegawai Bapaku mendapat makan yang berlimpah , tetapi aku disini akan mati kelaparan. Oh...aku akan pulang menemui ayah, aku telah berdosa, aku tak layak disebut anaknya....aku akan memohon kepadanya untuk dijadikan sebagai upahanya, tapi....apakah ayah akan menerimaku ? Perjalanan ini sangat jauh.... tapi aku harus bertahan (Anggi berjalan dan terus berjalan .. diiringi lagu
“ bertobatlah dan balik pada Bapa”)

BAB III ( Di rumah sang Ayah )

Prolog : Setiap hari Sang ayah menunggu dan mengharapkan anaknya pulang menemuinya, ia mendaki ke bukit-bukit untuk memandang di kejauhan apakah anaknya ada di tengah jalan menuju pulang. Ia selalu berdoa supaya anaknya kembali

Amang         : (melihat-lihat kalender ) Oh....ternyata sudah 10 tahun Anggi meninggalkan kami. Hari ini adalah hari bahagia, hari natal telah tiba , alangkah indahnya kalau anggi juga ada di sini merayakannya (duduk dan berdoa ) Bapa dalam Sorga terpujilah namaMu, mulialah kasihMu. Lindungilah anakku dan pimpinlah langkahnya, seperti terangMu telah menerangi dunia ini dengan kelahiran AnakMu Yesus Kristus , kurindu anakku Anggi boleh hadir di hari natal yang berbahagia ini menyambut kelahiranMu. kuserahkan dia ke dalam tanganMu. Amin!(diiringi nyanyianKembalilah dan Balik pada Bapa)
            ( Bangkit dan berjalan mendaki bukit sampai ke puncak ) oh.. !Anakku, kembalilah (Tiba-tiba tersentak dan tertegun) Oooooh! Itu seperti anakku! Itu Anggi !!! Anggi anakku (melambaikan tangan) Anggi Pulang!!! (Berteriak  sambil menuruni bukitdan melambaikan tangan) Semua kemari, Anggi pulang! (memanggil pembantunya dan  berlari menyambut Anggit) Anggi anakku ..!   Kau kembali Nak...!
Anggi : Ampun Ayah....saya telah berdosa...., tak layak saya menjadi anak Ayah ...uh..uh..uh.(menangis dan berlutut di depan ayahnya sampai seluruh badannya menyentuh tanah )
Amang         : ( Membungkuk dan menolong Anggi untuk berdiri, memeluk dan
            menciuminya serta airmata yang menetes di pipinya) Tidak Anggi...... , kau tetap anakku... anakku seperti semula.....
Anggi : Oh....(Memeluk Ayahnya) Ayah masih mau menerimaku....
            uh....uh....uh..
Amang         : Bawalah kemari baju yang bagus , cincin emas dan sepatu untuk anakku ini! (menyuruh pekerjanya)
Pembantu : Baik Pak! (berlari ke rumah dan dengan cepat kembali)
Amang         : (Memakaikan baju, cincin, sepatu yang baru) Marilah ..! kita rayakan    kedatanganmu ini bertepatan hari ini hari natal hari berbahagia bagi kita.
              (berjalan sambil merangkul anggi)
Rado  : (Baru pulang dari sawah, heran melihat keramaian di rumahnya) Hei, ada apa gerangan?
Pembantu : Adikmu Anggi telah kembali, ini persiapan pesta menjambut kedatangannya.
Rado  : Hah ....? (duduk terhempas dengan pakaian dari sawah di luar rumah)
Amang         : Marilah masuk, Nak! Pesta telah siap, jangan di luar saja...!
Rado  : Aku telah melayani ayah bertahun-tahun... belum pernah ayah membuat pesta untuk bersuka sita seperti ini... tetapi baru saja datang si Anggi yang kerjanya hanya memboroskan harta Ayah.... Ayah merayakannya seperti ini???
Amang         : Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu juga.. Kita patut bersuka cita sebab adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali. Bukankah engkau mengasihi dia juga? Hari ini hari Natal, marilah kita saling memaafkan dan bersukacita
  Rado            : Tidak (Diam sejenak ....lalu...) Maafkan aku Ayah! Seharusnya akupun ikut bersuka cita adikku telah kembali .. Kita berbahagia.
Amang         : Marilah kita bersuka cita bersama-sama(Masuk bersama Rado ke dalam rumah)
Anggi            : (Langsung menyerbu Rado dan memeluknya) maafkan aku, Bang..!
Rado : Adikku kau telah kembali! (membalas pelukan adiknya)
Amang         : Sekarang adalah hari natal, marilah kita saling bersalaman dan saling
memaafkan, kita sambut kelahiran Tuhan Yesus di hati kita dengan sukacita dan hati yang bersih. Selamat hari Natal! (Semua menyanyikan Lagu “Selamat hari Natal)
Prolog           : Betapa tersesatnya manusia, karena menuruti kemauannya sendiri, namun, demikian Allah, seperti seorang Bapa kepada ananknya, tetap memaafkan dan mengasihi barangsiapa yang berbalik dari jalannya yang sesat.                     

-Tamat 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar