Chan Yeol Juntak

Minggu, 28 Januari 2018

. Tukang Sepatu

(Diambil dari bahan Seminar Natal 93 oleh Lembaga Penginjilan Anak-anak)

Tujuan : Agar anak-anak dapat menerapkan kasih kepada sesamanya.
Latar-belakang Panggung : Sebuah corak rumah sederhana, sedikit menggambarkan kemiskinan, tetapi ada semangat hidup dari seseorang yang menanti dengan mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan Tuhan.
Narator : Di sebuah perkampungan yang sunyi di lereng bukit yang indah, ada sebuah rumah yang kecil terbuat dari bambu beratapkan daun pohon sagu. Tinggallah seorang tukang sepatu yang miskin dan baik hati. Pada suatu hari berkatalah tukang sepatu itu seorang diri.





Tukang sepatu        : Saya sedang menunggu kedatangan Tuhanku. Penghasilanku kecil dari membuat sepatu. Sedikit demi sedikit saya mulai mempersiapkan sesuatu. Melihat kue sekaleng, pakaian baru satu-satunnya, air minum, dan sepatu yang hampir selesai. Oh….pasti Tuhanku sangat senang.
Orang haus : (masuk panggung) Haus…..haus…..air susah…..saya sudah keliling minta air, tapi tidak seorangpun yang menolongku. Haus….haus……oh, ada rumah kecil disana…., mungkin pemiliknya dapat menolongku.
Orang haus : (ketuk pintu) tok…tok….tok…(suara dari dalam) Silahkan masuk.
Orang haus : Haus…haus….tolong beri saya minum….
Tukang sepatu        : Oh…….minum ? saya hanya mempunyai sedikit air untuk kuminum hari ini dan yang sedikit ini saya persiapkan untuk Tuhanku yang mau datang.
Orang haus : Tolonglah saya…..saya haus…….
Tukang sepatu        : Baik…..Bapak lebih membutuhkannya…..(mengambil air minum)
Orang haus : (minum) Terima kasih ….(kemudian keluar)
Tukang sepatu        : (termenung sebentar), oh, saya akan menyelesaikan sepatuku
Orang lapar            : ( masuk panggung berjalan di depan rumah tukang sepatu Lapar…. lapar….saya lapar…..sudah tiga hari tidak ada yang masuk ke dalam perutku.
Orang lapar            : (ketuk pintu) tok….tok…(suara dari dalam) Silahkan masuk.
Orang lapar            : Tolong Pak, saya lapar…..berilah saya makan, saya sudah berkeliling kampung ini tetapi tidak seorangpun yang mau menolongku.
Tukang sepatu        : Oh…..saya hanya punya sedikit nasi hari ini dan ada sekaleng kue yang kupersiapkan untuk menyambut kedatangan Tuhanku.
Orang lapar            : Tolong Pak, saya lapar…..kasihanilah saya(tukang sepatu mengambil makanan dan memberikan kepada orang lapar itu)
Tukang sepatu       : Baik, makanlah ini. Dan ini juga sekaleng kue untuk bekal Bapak di jalan nanti.
Orang lapar            : Bapak baik benar, terima kasih pak (keluar)
Penginjil        : (ketuk pintu)tok….tok…tok…silahkan masuk(suara dari dalam)
Penginjil        : Maaf Pak, saya baru saja datang dari kampung itu. Perjalanan saya masih sangat jauh dan hari sudah larut malam. Boleh saya menginap di rumah Bapak malam ini ?

Tukang sepatu        : (Berpikir sebentar) Kamar hanya satu, tempat tidur hanya satu, hm….ah, baik kalau begitu Bapak boleh tidur di sini di tempat tidur saya saja.
Penginjil        : (pergi tidur dan bangun pagi menemui si tukang sepatu) Saya tidur nyenyak semalam. Saya sangat berterima kasih atas kebaikan Bapak kepada saya. Tuhan pasti memberkati Bapak.
Tukang sepatu        : Oh…..semua yang kupersiapkan untuk menyambut kedatangan Tuhanku, telah kuberikan kepada mereka yaang membutuhkannya. Tinggal satu-satunya baju ini(Memperlihatkan sebuah mantel)
Orang kedinginan: (Masuk panggung) dingin o….oooh….dingin, mungkin saya mendapat pertolongan disini.
(Ketuk pintu )tok….tok…tok…( suara dari dalam )
Tukang sepatu        : Silahkan masuk.
Orang kedinginan: Tolong saya Pak, saya sangat kedinginan, tidak seorangpun di
sekitar tempat ini yang mau menolong saya
Tukang sepatu        : Oh, saya harus menolongnya (mengambil mantelnya)
Baik pakailah ini!
Orang kedinginan: Terima kasih Pak, Bapak orang yang berbudi. (pergi keluar)
Tukang sepatu        : (merenung kemudian)……oh Tuhan….saya tidak mempunyai sesuatu lagi untuk saya berikan kepada Tuhan jika Tuhan datang.

Narator : Kasihan si tukang sepatu, semua yang dipersiapkannya untuk menyambut
Kedatangan Tuhannya sudah habis semuanya. Ketika tukang sepatu
sedang merenungkan apa yang telah terjadi, tiba-tiba terdengar suara

Suara             : Hai hambaku……!
Tukang sepatu        : Siapakah Engkau….?
Suara             : Akulah yang kau tunggu. Sabaslah kau hambaku yang setia. Terimalah kerajaan yang telah kusediakan bagimu. Aku berkata kepadamu : Sesuungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, kamu suadah melakukannya untuk Aku.
Tukang sepatu        : Terima kasih Tuhan Yesus, itu bukan karena kuatku tetapi oleh karena anugrahMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar