Chan Yeol Juntak

Minggu, 28 Januari 2018

Anak Yang Hilang

Pemeran :    Sulung
                        Bungsu
                        Ayah
                        Guru Sekolah Minggu
                        Sinto
                      Petani

Babak I

Latar-belakang Panggung : Di sebuah desa.
Narator : Syalom , adik-adik yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus! Kita bertemu lagidalam acara panggung boneka yang berjudul “ Anak yang hilang. Marialh kita saksikan bersama-sama, Tuhan memberkati.

.Di suatu desa yang bernama Desa Makmur hidup sebuah keluarga yang terpandang & kaya raya, mempunyai 2 orang anak laki-laki. Keluarga ini hidup rukun dan damai, rajin beribadah setiap hari Minggu dan selalu saling memperhatikan.

Sulung           : (Jam berdentang lima kali)Teng….teng….teng….teng….teng….! Iaaaaah(mengeliatkan badanya), hari sudah pagi (mengusap matanya sambil duduk di atas tempat tidur dan melipat tangannya ). Selamat pagi Tuhan Yesus, terima kasih untuk pagi yang indah ini, dan terimakasih penjagaan dan pemeliharaanMu sepanjang malam sehingga aku dapat tidur dengan nyenyak. Ku bersyukur untuk hidupku pagi ini dan jagailah sulung sepanjang hari ini. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa, Amin. (berdiri dan berjalan mendekati Bungsu yang masih tidur)
Bungsu          : Khuuuur, khuuuuur, khuuur,sssshhhhh(Bunyi dengkuran)
Ayah  : Bungsu, Sulung, bangun! Apa kamu tidak sekolah ? (hanya suara yang terdengar)
Sulung           : Ia , Ayah! Saya sudah bangun. Su, Bungsu! (mengoyangkan tubuh Bungsu)Bangun sudah pagi, kamu tidak sekolah ? Tadi Ayah sudah memanggil kita .
Bungsu          : Aaaaaaaaah! (menggeliatkan badan dan berputar) Ini kan hari libur. Sudah, abang aja yang sekolah.
Sulung           : Adik-adik, hari apakah ini ? (menunggu respon penonton) Oh ia…,  Wah, aku baru ingat, nanti ada acara sekolah minggu. Aduhai senangnya . Bungsu .., Bungsu, bangun ! ?
Bungsu          : (Bangun dan duduk) Setiap hari, aku iri melihat teman-temanku naik sepeda, sedangkan kita jalan kaki terus, capek! Padahal ayah kita lebih kaya dari ayah mereka.
Sulung           : Awas kamu, ya, aku kasih tahu sama ayah, kamu baru bangun tidak berdoa, tapi ngomel! Ayah, Ayah ! Adik-adik apakah kalian tahu kemana ayahku pergi ?
Bungsu          : Bang, jangan ! Aku akan berdoa(Tutup mata dan komat-kamit) Amin…! (Diam sejenak) Bang! Tadi aku berdoa supaya ayah memberiku sepeda, nanti aku minta ayah membelikannya.
Sulung           : Sudahlah nanti saja itu! Sekarang kita mandi, ganti baju, serapan lalu kita pergi sekolah Minggu, ok! (keluar dari panggung diiringi musik “hari ini harinya Tuhan)
Ayah  : (masuk panggung)Hei Bungsu kamu kenapa duduk terdiam disini?
Bungsu          : Oh, Ayah! Apakah ayah sudah serapan?
Ayah  : Pagi ini sepertinya kamu perhatian pada ayah
Bungsu          : Itu perlu ayah, Itukan pelaksanaan perintah kelima.
Ayah  : Hmmmm(mangut-mangut), tapi kenapa kamu tidak bersiap untuk pergi.
Bungsu          : Ayah! aku mau minta sesuatu pada ayah.
Ayah  : Ya, ayah akan kasih uang persembahanya dan uang kantongmu
Bungu            : Bukan itu Ayah.
Ayah  : Jadi maksudmu apa ?
Bungsu          : Belikanlah aku sepeda ayah! Coba Ayah lihat, teman-temanku semua pakai sepeda, padahal kita lebih kaya. Aku iri sama teman-temanku, mereka sering mengejekku
Ayah  : Bagus itu, itu akan lebih menguji kamu. Hitung-hitung kamu sekalian olahraga dan menikmati pemandangan yang ada di jalan. Tuhan menciptakan kaki kita ini untuk dapat berjalan.
Bungsu          : Aku janji ayah, kalau ayah belikan aku sepeda aku akan lebih rajin dan nilaiku pasti akan lebih bagus.
Ayah  : Wah! Kamu sangat pandai merayu. Ayah tahu apa yang lebih baik bagimu. Sekarang pergilah nanti kalian terlambat. (berbalik hendak meninggalkan si Bungsu)
Bungsu          : Ayaaaaah, uh-uh-uh! (menangis & berlari memegang tangan ayahnya) Ayah harus belikan aku sepeda, kalau tidak aku tidak akan pergi SM, tidak mau sekolah, tidak mau makan dan aku akan pergi dari rumah supaya ayah tidak punya anak sepertiku lagi.
Ayah  : (geleng-geleng kepala)Bungsu anakku, kenapa kamu menjadi sekeras ini. Ayah sayang padamu, semua permintaanmu selama ini selalu ayah penuhi, kau masih kecil, ayah takut nanti kalau kau ada sepeda, kau akan lupa belajar, bermain sampai jauh, lupa pulang ke rumah dan bisa-bisa kamu kecelakaan.
Bungsu          : Tidak akan ayah, aku kan anak pintar---yaa--- kalau pelajaran di sekolah aku memang bodoh.
Sulung           : Bungsu! Cepatin nanti kita terlambat! (hanya suara dari luar panggung)
Bungsu          : Gimana ayah??? Pokoknya ayah harus membelikanya! Coba kalau Ibu masih ada, pasti sudah dibelikan uh-uh-uhhh.
Ayah  : (memeluk Bungsu) Sudahlah, sekarang kamu SM, nanti ayah akan belikan, dan kamu harus ingat janjimu untuk lebih rajin dengan nilai yang lebih bagus.
Bungsu          : Ia ayah aku akan ingat janjiku. Terimakasih ayah. (memeluk ayahnya)
Ayah : Berangkatlah sekarang, panggil abangmu, sebentar ayah ke belakang.
(keluar panggung)
Bungsu          : Yes(mengangkat kedua tanganya)hari ini aku akan dapat sepeda baru. Abang…abang, ayo kita pergi  se sekolah minggu!(diiringi musik)


Babak II
Latar belakang Panggung :  jalan dan Gereja

Guru SM: Adik-adik, apakah kalian sudah mengenal Tuhan Yesus ? (menunggu respon) Ya, Yesus adalah Tuhan, yang telah dihina, diolok, diludahi, dicambuki dan disalibkan di kayu salib oleh manusia. TanganNya dipaku, kakinya dipaku, kepalaNya dimahkotai kawat duri yang tajam, dan perutnya ditusuk dengan tombak sampai darahnya tercurah. Akhirnya Ia mati di kayu salib. Adik-adik untuk apa Tuhan Yesus mati?(menunggu respon) Sebenarnya, Yesus sendiri tidak bersalah tetapi ia menanggung dosa manusia. Pada hari yang ketiga yaitu hari Minggu Ia bangkit dari kubur, mengalahkan kematian dan naik ke sorga. Jadi barangsiapa percaya kepadaNya akan masuk ke Sorga seperti Tuhan Yesus. Mari kita percaya kepadaNya, bila tiba waktunya, Ia akan menjemput kita.  Amin.

Narator         : Si Bungsu dan Sulung pergi Sekolah Minggu Setelah selesai sekolah minggu Bungsu dan Sulung pulang bersama dengan berjalan kaki, Sulung sangat bersukacita tetapi Bungsu tetap saja membayang-bayangkan sepeda, pemberian ayahnya.

Sulung           : Rumahku ada di dalam Sorga……(bersiul)
              Su, hari ini sekolah minggunya enak ya, tapi kamu kok diam saja?
Bungsu          : Enak….? Emangnya makanan. Coba tanya adik-adik, apa mereka juga merasa seperti itu?
Sulung           : Adik-adikku, hari ini hari yang enak dan istimewa, bukan ? (menunggu respon penonton)
Bungsu          : mmmm… aku juga setuju hari ini hari istimewa karean ayahku pasti membelikan sepeda yang kuminta.
Sulung  : Kalau ayah ngaak ngasih ?
Bungsu  :  Aku akan pergi dari rumah.
Sulung           : Kamu jahat, Su, percuma Sekolah Minggu..
Bungsu          : Kalau jahat kenapa rupanya? Sama-sama hidup juga.
Sulung           : Orang yang jahat akan masuk kedalam Neraka.
Bungsu : Jadi…., abang rupanya sudah pasti masuk sorga? Darimana abang
tahu.?
Sulung           : Ya karena abang sudah menerima Yesus sebagai juruselamatku, yang tahu jalan ke sorga kan hanya Tuhan Yesus?
Bungsu  :  Nantilah kupikirkan dulu. Kita sudah sampai. Aku sudah tidak sabar
melihat sepeda baruku. (layar diganti dengan gambar rumah dan diiringi musik yang gembira)
Bungsu  : Ayah…ayah kami pulang.
Ayah  : Sepertinya hari ini kalian lebih semangat dan nampaknya lebih ceria .
Bungsu  : Mana sepedanya, ayah?
Ayah : Lihatlah disana. Hari ini sepeda itu jangan kamu bawa kemana-mana kecuali di halaman rumah kita. Kamu janji….?
Bungsu  : Ia ayah. Ayah mau pergi ke gereja, bukan ?
Ayah  : Ya, saya pulangnya sore. Sulung, jaga adikmu! (keluar dari panggung)
Sulung           : Ia Ayah !
Bungsu  :  Horeee…! Ayahku memang baik. Sebentar lagi aku mau pamer
sepeda ini kepada temanku. Ayahkan pulangnya lama(bisik sendiri).
Sulung  : Su, ayo kita nonton Bintang anak yuk!
Bungsu  : Abang ajalah, aku lagi malas.(naik sepeda)Aku mau beli coklat
sebentar ke warung. Bisa ya, bang!
Sulung           : Alasan! Ayah menyuruhku untuk menjagamu. Kamu tidak boleh pergi(menghalangi dipintu).
Bungsu          : Aku kan hanya beli coklat. Awas!  Aku mau keluar. (mendorong si Sulung)
Sulung           : (jatuh, memegang bahunya) Aduh….sakit!  Dasar  anak nakal! Sudah dibeliin sepeda bukannya tambah baik tapi tambah jahat. Aku akan kasih tahu kau sama ayah. Lihat nanti kau akan kena marah.



Babak III
Latar-belakang Panggung : Di Jalan dengan pemandangan yang agak kelam

Narator : Akhirnya si Bungsu mendapatkan semua keinginan hatinya. Ia tidak menepati janji pada ayahnya dan pergi keluar untuk bermain sepeda dengan teman temanya. 

Sinto.    : Wah, sepedamu hebat, Su ! Ini sepeda paling bagus yang pernah
kulihat, boleh coba, ya ?
Bungsu  : Jangan! Ambil saja sepedamu , kita jalan-jalan, ok ?
Sinto   : Ok! Aku tahu tempat  yang sangat bagus untuk main-main,  kita bisa mandi-mandi. Empanganya bagus, lho? Ikan juga banyak! Bisa mancing, kan? Cuma kita perlu duit, nanti kan lapar? Kamu punya uang, nggak?
Bungsu          : Jangan kuatir! Kantongku masih penuh. Tapi kita pulangnya jangan terlalu lama, ya, nanti ayahku marah.
Sinto    : Beres, Bos!
Narator : Mereka berjalan-jalan ke empangan, bermain dan menikmati jajanan
sepuasnya sampai mereka tidak menyadari kalau matahari hampir terbenam….
Bungsu  : Sudah jam berapa ini, To? Lihat matahari sudah di ujung sana. Aku
harus pulang. Mungkin ayahku sudah di rumah, aku pasti kena marah(terburu-buru). Ayo kita pulang saja!
Sinto   : OK! (bisik sendiri)mmmm.. Aku pasti kena marah kalau aku mengantarmu, Su? Kamu pulang sendiri aja ya….!
Bungsu  : Kenapa? Aku tidak tahu jalan pulang. Aku takut sendiri.
Sinto   : Aku mau inap di rumah pamanku di dekat sini, Su! Lihat …. di situ ada simpangnya. Kamu lurus, terus belok kiri, belok kanan dan belok kiri lagi, ok.! Saya duluan, ya?.(keluar dari panggung)
Bungsu          : Jangan!  Tunggu,  tunggu!  (musik dan bunyi) Sepi sekali jalan ini, seperti kuburan, ihhhh,bulu kudukku mulai berdiri. Jalan ini lurus terus tidak ada belokannya. Jangan-jangan si Sinto membohongiku, coba aja sampai ke ujung. Bunyi apakah itu menyeramkan sekali. Oooh aku takut, aku harus berjalan lebih cepat lagi…..Tuhan tolonglah,….. aku sangat takut. Badanku gemetaran , sepertinya tidak sanggup lagi untuk mengayuh sepeda ini…. (menoleh kebelakang, diiringi angin kencang) Oh ! hantu…!  (meninggalkan sepeda dan berlari dengan nafas yang tersenggal-senggal)Tuhan Yesus tolong selamatkanlah aku. Abangku bilang Engkau jalan keselamatan …..(nafas pendek)uh…uh..uh... Aku janji tidak akan jahat dan nakal lagi, aku akan menuruti perintah ayah……Huh-uuuh---uuuh, sudah  malam kali…sudah berapa jam jalan kaki….capek kali.. sangat haus dan perutku sangat lapar. Dimana aku istirahat….. oh..disana ada rumah kecil, aku akan kesana.  Tuan, tuan ! Kenapa tidak ada orang ? (bunyi suara babi) Oh….ternyata kandang babi! Di sini aja tidur sebertar, biarlah dengan Babi-babi ini aku lebih tenang.  Seandainya aku menuruti nasehat ayah aku tidak akan seperti ini, di rumah ayahku aku mendapatkan segalanya, tapi sekarang, oh Ayah ampunilah aku… capek Sekali….perutku lapar….dan ngantuk sekali(menguap dan tertidur) khuuur…khuuus…
Petani            : (matahari terbit, masuk panggung sambil bersiul) Hei, anak kecil bangun! Apa yang kamu lakukan di sini? Aaah (terkejut) kamu anak orang kaya, punya rumah besar, tapi kenapa kamu tidur disini.
Bungsu  : Apakah Bapak mengenalku
Petani            : Semua orang desa ini mengenalmu. Kamu kan anak orang kaya itu?
Bungsu  : Pak! Aku tersesat, dan aku takut pulang, aku sudah melawan ayahku dan aku telah menghilangkan sepeda baru pemberian ayahku, biarlah aku di sini sampai amarah ayahku reda.
Petani                        : Kamu harus pulang, mungkin ayahmu sangat sedih dan kwatir, aku akan mengantarkanmu. Semua ayah pasti mengasihi anaknya dan selalu mau memaafkan kesalahan anaknya. Ayo kita berangkat!
Bungsu  : Itu rumahku, Pak!
Petani   : Ya betul. Saya menghantarmu sampai sini saja.
Bungsu : Terimakasih Pak. Untuk sementara biarlah aku disini untuk mendengar apakah ayahku masih marah (berdiri dan menguping di depan pintu)
Ayah  : Tuhan, anakku belum pulang semalam. Jagalah dia dan tolonglah dia supaya dia pulang ke rumah dengan aman. Aku mengasihinya. Tuhan…
Bungsu  : Itu suara Ayah! Ternyata dia sangat mengkwatirkan diriku.  Ayah, aku
               pulang!
Ayah  : Itu pasti anakku si Bungsu. Hei semua keluar! Bungsukita sudah pulang! (bunyi pintu dibuka)
Bungsu : (dipeluk) Ayah!!!  Maafkanlah aku, aku telah menghabiskan uang Ayah karena sepeda yang ayah belikanpun sudah hilang(menangis) .
Ayah  : Lupakanlah sepedaitu!  Engkau anakku yang hilang telah  kembali, ayah sangat bahagia, marilah kita berpesta untuk merayakanya .             

                                                            -Tamat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar