Pemeran
: Sulung
Bungsu
Ayah
Guru Sekolah Minggu
Sinto
Petani
Babak
I
Latar-belakang
Panggung : Di sebuah desa.
Narator
: Syalom , adik-adik yang terkasih dalam nama Tuhan
Yesus Kristus! Kita bertemu lagidalam acara panggung boneka yang berjudul “
Anak yang hilang. Marialh kita saksikan bersama-sama, Tuhan memberkati.
.Di suatu desa yang bernama Desa
Makmur hidup sebuah keluarga yang terpandang & kaya raya, mempunyai 2 orang
anak laki-laki. Keluarga ini hidup rukun dan damai, rajin beribadah setiap hari
Minggu dan selalu saling memperhatikan.
Sulung : (Jam berdentang lima kali)Teng….teng….teng….teng….teng….!
Iaaaaah(mengeliatkan
badanya), hari sudah pagi (mengusap matanya sambil duduk di atas tempat tidur
dan melipat tangannya ). Selamat pagi Tuhan Yesus, terima kasih untuk pagi yang
indah ini, dan terimakasih penjagaan dan pemeliharaanMu sepanjang malam
sehingga aku dapat tidur dengan nyenyak. Ku bersyukur untuk hidupku pagi ini
dan jagailah sulung sepanjang hari ini. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa,
Amin. (berdiri dan berjalan mendekati Bungsu yang masih tidur)
Bungsu : Khuuuur, khuuuuur, khuuur,sssshhhhh(Bunyi dengkuran)
Ayah :
Bungsu, Sulung, bangun! Apa kamu tidak sekolah ? (hanya suara yang terdengar)
Sulung : Ia , Ayah! Saya sudah bangun. Su,
Bungsu! (mengoyangkan
tubuh Bungsu)Bangun sudah pagi,
kamu tidak sekolah ? Tadi Ayah sudah memanggil kita .
Bungsu
: Aaaaaaaaah! (menggeliatkan
badan dan berputar) Ini kan
hari libur. Sudah, abang aja yang sekolah.
Sulung : Adik-adik, hari apakah ini ?
(menunggu respon penonton) Oh ia…, Wah,
aku baru ingat, nanti ada acara sekolah minggu. Aduhai senangnya . Bungsu ..,
Bungsu, bangun ! ?
Bungsu : (Bangun dan duduk) Setiap hari, aku
iri melihat teman-temanku naik sepeda, sedangkan kita jalan kaki terus, capek!
Padahal ayah kita lebih kaya dari ayah mereka.
Sulung : Awas kamu, ya, aku kasih tahu sama
ayah, kamu baru bangun tidak berdoa, tapi ngomel! Ayah, Ayah ! Adik-adik apakah
kalian tahu kemana ayahku pergi ?
Bungsu : Bang, jangan ! Aku akan berdoa(Tutup
mata dan komat-kamit) Amin…! (Diam sejenak) Bang! Tadi aku
berdoa supaya ayah memberiku sepeda, nanti aku minta ayah membelikannya.
Sulung : Sudahlah nanti saja itu! Sekarang
kita mandi, ganti baju, serapan lalu kita pergi sekolah Minggu, ok! (keluar
dari panggung diiringi musik “hari ini harinya Tuhan”)
Ayah :
(masuk panggung)Hei Bungsu kamu kenapa duduk terdiam disini?
Bungsu : Oh, Ayah! Apakah ayah sudah serapan?
Ayah :
Pagi ini sepertinya kamu perhatian pada ayah
Bungsu : Itu perlu ayah, Itukan pelaksanaan perintah kelima.
Ayah :
Hmmmm(mangut-mangut),
tapi kenapa kamu tidak bersiap untuk pergi.
Bungsu : Ayah! aku mau minta sesuatu pada ayah.
Ayah :
Ya, ayah akan kasih uang persembahanya dan uang kantongmu
Bungu : Bukan itu Ayah.
Ayah : Jadi maksudmu apa ?
Bungsu : Belikanlah aku sepeda ayah! Coba Ayah lihat,
teman-temanku semua pakai
sepeda, padahal kita lebih kaya. Aku iri
sama teman-temanku, mereka sering mengejekku
Ayah : Bagus itu, itu akan lebih menguji kamu. Hitung-hitung kamu
sekalian olahraga dan menikmati pemandangan yang ada di jalan. Tuhan
menciptakan kaki kita ini untuk dapat berjalan.
Bungsu : Aku janji ayah, kalau ayah belikan aku sepeda aku akan
lebih rajin dan nilaiku pasti akan lebih bagus.
Ayah : Wah! Kamu
sangat pandai merayu. Ayah tahu apa yang lebih baik bagimu. Sekarang pergilah
nanti kalian terlambat.
(berbalik hendak meninggalkan si Bungsu)
Bungsu : Ayaaaaah, uh-uh-uh! (menangis & berlari memegang
tangan ayahnya) Ayah harus belikan aku sepeda, kalau tidak aku tidak akan pergi
SM, tidak mau sekolah, tidak mau makan dan aku akan pergi dari rumah supaya
ayah tidak punya anak sepertiku lagi.
Ayah : (geleng-geleng kepala)Bungsu anakku, kenapa kamu menjadi sekeras
ini. Ayah sayang padamu, semua permintaanmu selama ini selalu ayah penuhi, kau
masih kecil, ayah takut nanti kalau kau ada sepeda, kau akan lupa belajar, bermain
sampai jauh, lupa pulang ke rumah dan bisa-bisa kamu kecelakaan.
Bungsu : Tidak akan ayah, aku kan anak pintar---yaa--- kalau pelajaran di
sekolah aku memang bodoh.
Sulung : Bungsu! Cepatin nanti kita terlambat! (hanya suara dari
luar panggung)
Bungsu : Gimana ayah??? Pokoknya ayah harus
membelikanya! Coba kalau Ibu masih ada, pasti sudah dibelikan uh-uh-uhhh.
Ayah : (memeluk Bungsu) Sudahlah, sekarang kamu SM,
nanti ayah akan belikan, dan kamu harus ingat janjimu untuk lebih rajin dengan
nilai yang lebih bagus.
Bungsu : Ia ayah aku akan ingat janjiku. Terimakasih ayah.
(memeluk ayahnya)
Ayah :
Berangkatlah sekarang, panggil abangmu, sebentar ayah ke belakang.
(keluar
panggung)
Bungsu : Yes(mengangkat kedua tanganya)hari
ini aku akan dapat sepeda baru. Abang…abang, ayo kita pergi se sekolah minggu!(diiringi musik)
Babak II
Latar
belakang Panggung : jalan dan Gereja
Guru
SM: Adik-adik,
apakah
kalian sudah mengenal Tuhan Yesus ? (menunggu respon) Ya, Yesus adalah
Tuhan,
yang telah dihina, diolok, diludahi, dicambuki dan disalibkan di kayu salib
oleh manusia.
TanganNya
dipaku, kakinya dipaku, kepalaNya dimahkotai kawat duri yang tajam, dan
perutnya ditusuk dengan tombak sampai darahnya tercurah. Akhirnya Ia
mati di kayu salib.
Adik-adik untuk apa Tuhan Yesus mati?(menunggu
respon)
Sebenarnya, Yesus sendiri tidak bersalah tetapi ia menanggung dosa manusia.
Pada hari yang ketiga yaitu hari Minggu
Ia bangkit dari kubur,
mengalahkan kematian dan naik ke sorga. Jadi barangsiapa percaya kepadaNya akan masuk
ke Sorga
seperti Tuhan
Yesus. Mari kita percaya kepadaNya, bila tiba
waktunya,
Ia akan menjemput kita. Amin.
Narator : Si Bungsu dan Sulung pergi Sekolah
Minggu Setelah selesai sekolah minggu Bungsu dan Sulung pulang bersama dengan
berjalan kaki, Sulung sangat bersukacita tetapi Bungsu tetap saja membayang-bayangkan
sepeda,
pemberian ayahnya.
Sulung : Rumahku ada di dalam Sorga……(bersiul)
Su,
hari ini sekolah minggunya enak ya, tapi kamu kok diam saja?
Bungsu : Enak….? Emangnya makanan. Coba tanya adik-adik, apa
mereka juga merasa seperti itu?
Sulung : Adik-adikku, hari ini hari yang
enak dan istimewa, bukan ? (menunggu respon penonton)
Bungsu : mmmm… aku juga setuju hari ini hari istimewa karean ayahku pasti membelikan
sepeda yang kuminta.
Sulung
: Kalau
ayah ngaak ngasih ?
Bungsu : Aku akan pergi dari rumah.
Sulung : Kamu jahat, Su, percuma Sekolah
Minggu..
Bungsu :
Kalau jahat kenapa rupanya? Sama-sama hidup juga.
Sulung : Orang yang jahat akan masuk kedalam
Neraka.
Bungsu : Jadi…., abang
rupanya sudah pasti masuk sorga? Darimana abang
tahu.?
Sulung : Ya karena abang sudah menerima
Yesus sebagai juruselamatku,
yang tahu jalan ke sorga kan hanya Tuhan Yesus?
Bungsu : Nantilah kupikirkan dulu. Kita sudah sampai.
Aku sudah tidak sabar
melihat
sepeda baruku. (layar diganti dengan gambar rumah dan diiringi
musik yang gembira)
Bungsu :
Ayah…ayah kami pulang.
Ayah : Sepertinya hari ini kalian lebih
semangat dan nampaknya lebih ceria .
Bungsu :
Mana sepedanya, ayah?
Ayah
: Lihatlah disana. Hari ini
sepeda itu jangan kamu bawa kemana-mana kecuali di halaman rumah kita. Kamu janji….?
Bungsu
: Ia ayah.
Ayah mau pergi ke
gereja, bukan ?
Ayah : Ya, saya pulangnya sore. Sulung, jaga adikmu!
(keluar
dari panggung)
Sulung : Ia Ayah !
Bungsu
: Horeee…! Ayahku memang baik. Sebentar
lagi aku mau pamer
sepeda
ini kepada temanku.
Ayahkan pulangnya lama(bisik
sendiri).
Sulung
: Su, ayo
kita nonton Bintang
anak yuk!
Bungsu :
Abang ajalah, aku lagi malas.(naik
sepeda)Aku mau beli coklat
sebentar
ke warung. Bisa ya,
bang!
Sulung : Alasan! Ayah menyuruhku untuk menjagamu.
Kamu tidak boleh pergi(menghalangi dipintu).
Bungsu : Aku kan hanya beli coklat. Awas! Aku mau keluar. (mendorong
si Sulung)
Sulung : (jatuh, memegang bahunya) Aduh….sakit!
Dasar
anak nakal!
Sudah
dibeliin sepeda bukannya
tambah baik tapi tambah jahat.
Aku akan kasih tahu kau sama ayah. Lihat nanti
kau akan kena marah.
Babak
III
Latar-belakang Panggung : Di Jalan dengan
pemandangan yang agak kelam
Narator : Akhirnya
si Bungsu mendapatkan semua keinginan hatinya. Ia tidak menepati janji pada ayahnya dan
pergi keluar untuk bermain sepeda dengan teman temanya.
Sinto. : Wah, sepedamu hebat, Su ! Ini
sepeda paling bagus yang pernah
kulihat,
boleh coba, ya ?
Bungsu : Jangan! Ambil saja sepedamu , kita
jalan-jalan, ok ?
Sinto : Ok! Aku tahu tempat yang
sangat bagus untuk main-main, kita bisa mandi-mandi. Empanganya bagus, lho? Ikan juga banyak! Bisa
mancing, kan ? Cuma kita perlu duit, nanti
kan lapar? Kamu punya uang, nggak?
Bungsu :
Jangan kuatir!
Kantongku masih penuh. Tapi kita pulangnya jangan
terlalu lama, ya, nanti ayahku marah.
Sinto :
Beres, Bos!
Narator : Mereka berjalan-jalan ke empangan, bermain dan menikmati jajanan
sepuasnya sampai mereka tidak menyadari kalau matahari hampir terbenam….
Bungsu :
Sudah jam berapa ini, To? Lihat matahari sudah di ujung sana . Aku
harus
pulang. Mungkin
ayahku sudah di rumah, aku pasti kena marah(terburu-buru). Ayo kita
pulang saja!
Sinto : OK! (bisik sendiri)mmmm.. Aku pasti kena marah kalau aku mengantarmu,
Su? Kamu pulang sendiri
aja ya….!
Bungsu :
Kenapa? Aku
tidak tahu jalan
pulang. Aku takut sendiri.
Sinto : Aku mau inap di rumah pamanku di dekat sini, Su!
Lihat ….
di situ ada simpangnya. Kamu lurus, terus belok
kiri, belok kanan dan belok kiri lagi, ok.! Saya duluan, ya?.(keluar
dari panggung)
Bungsu :
Jangan! Tunggu,
tunggu! (musik dan bunyi) Sepi sekali
jalan ini, seperti kuburan, ihhhh,bulu kudukku mulai berdiri. Jalan ini lurus
terus tidak ada belokannya. Jangan-jangan si Sinto
membohongiku, coba
aja sampai ke ujung. Bunyi
apakah itu menyeramkan sekali. Oooh aku takut, aku harus
berjalan lebih cepat lagi…..Tuhan
tolonglah,….. aku sangat takut. Badanku gemetaran , sepertinya tidak sanggup
lagi untuk mengayuh sepeda ini…. (menoleh kebelakang, diiringi angin kencang)
Oh ! hantu…! (meninggalkan sepeda dan
berlari dengan nafas yang tersenggal-senggal)Tuhan Yesus tolong selamatkanlah
aku. Abangku bilang Engkau jalan keselamatan …..(nafas pendek)uh…uh..uh... Aku
janji tidak akan jahat dan nakal lagi, aku akan menuruti perintah ayah……Huh-uuuh---uuuh,
sudah malam kali…sudah berapa jam jalan
kaki….capek kali.. sangat haus dan perutku sangat lapar. Dimana aku istirahat…..
oh..disana ada rumah kecil, aku akan kesana.
Tuan, tuan ! Kenapa tidak ada orang ? (bunyi suara babi) Oh….ternyata
kandang babi! Di sini aja tidur sebertar, biarlah dengan Babi-babi ini aku
lebih tenang. Seandainya aku menuruti
nasehat ayah aku tidak akan seperti ini, di rumah ayahku aku mendapatkan segalanya,
tapi sekarang, oh Ayah ampunilah aku… capek Sekali….perutku lapar….dan ngantuk
sekali(menguap dan tertidur) khuuur…khuuus…
Petani :
(matahari terbit, masuk panggung sambil bersiul) Hei, anak kecil bangun! Apa
yang kamu lakukan di sini? Aaah (terkejut) kamu anak orang kaya, punya rumah
besar, tapi kenapa kamu tidur disini.
Bungsu :
Apakah Bapak mengenalku
Petani :
Semua orang desa ini mengenalmu. Kamu kan
anak orang kaya itu?
Bungsu :
Pak! Aku tersesat, dan aku takut pulang, aku sudah melawan ayahku dan aku telah
menghilangkan sepeda baru pemberian ayahku, biarlah aku di sini sampai amarah
ayahku reda.
Petani :
Kamu harus pulang, mungkin ayahmu sangat sedih dan kwatir, aku akan
mengantarkanmu. Semua ayah pasti mengasihi anaknya dan selalu mau memaafkan
kesalahan anaknya. Ayo kita berangkat!
Bungsu : Itu rumahku, Pak!
Petani : Ya betul. Saya menghantarmu sampai sini
saja.
Bungsu :
Terimakasih Pak. Untuk sementara biarlah aku disini untuk mendengar apakah
ayahku masih marah (berdiri dan menguping di depan pintu)
Ayah :
Tuhan, anakku belum pulang semalam. Jagalah dia dan tolonglah dia supaya dia
pulang ke rumah dengan aman. Aku mengasihinya. Tuhan…
Bungsu : Itu suara Ayah! Ternyata dia sangat
mengkwatirkan diriku. Ayah, aku
pulang!
Ayah : Itu
pasti anakku si Bungsu. Hei semua keluar! Bungsukita sudah pulang! (bunyi pintu
dibuka)
Bungsu :
(dipeluk) Ayah!!! Maafkanlah aku, aku
telah menghabiskan uang Ayah karena sepeda yang ayah belikanpun sudah
hilang(menangis) .
Ayah :
Lupakanlah sepedaitu! Engkau anakku yang
hilang telah kembali, ayah sangat
bahagia, marilah kita berpesta untuk merayakanya .
-Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar